Menjelang akhir tahun, berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Tasikmalaya, menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok. Fenomena ini, meskipun membebani konsumen, menciptakan dinamika ekonomi menarik bagi pelaku bisnis dan produsen lokal.
Di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya, harga telur ayam telah mencapai Rp33 ribu per kilogram, naik signifikan dari Rp26 ribu hanya beberapa pekan lalu. Pedagang mengaitkan kenaikan ini dengan tingginya permintaan selama musim liburan serta pasokan terbatas akibat cuaca ekstrem. Meski demikian, lonjakan harga tidak hanya menjadi tantangan bagi pedagang tetapi juga peluang bagi produsen untuk meningkatkan keuntungan.
![]() |
Harga Telur Naik |
Cuaca ekstrem turut memengaruhi komoditas lainnya. Harga cabai merah domba melambung hingga Rp70 ribu per kilogram, sementara cabai rawit mencapai Rp65 ribu per kilogram. Komoditas sayuran seperti kubis, bawang daun, dan buncis juga mencatat kenaikan harga. Meski kondisi ini memberatkan, sektor pertanian lokal bisa memanfaatkan momentum untuk meningkatkan efisiensi produksi dan menggenjot distribusi ke pasar-pasar strategis.
Apep Yosa Firmansyah, Kepala Dinas KUMKMPP Kota Tasikmalaya, menjelaskan bahwa lonjakan harga ini adalah pola musiman. "Kenaikan harga selalu terjadi menjelang Natal dan Tahun Baru. Bagi pelaku bisnis, ini menjadi peluang untuk memperluas pasar, meskipun konsumen harus lebih bijak mengelola pengeluaran," jelasnya.
Sementara itu, sektor beras justru menunjukkan tren positif dengan harga yang stabil atau menurun. Beras premium dijual Rp12 ribu per kilogram, memberikan angin segar bagi konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa sektor tetap mampu menjaga kestabilan meski tekanan ekonomi meningkat.
Dari perspektif bisnis, kondisi ini menciptakan peluang inovasi, terutama dalam pengelolaan rantai pasok. Produsen dan distributor dapat memanfaatkan teknologi untuk memprediksi permintaan dan mengatasi tantangan distribusi akibat cuaca ekstrem.
Sebagai respons, pelaku UMKM di bidang makanan dan minuman mulai beradaptasi dengan menciptakan produk alternatif berbasis bahan yang lebih terjangkau. Beberapa pelaku usaha bahkan menawarkan paket hemat untuk menarik perhatian konsumen yang terdampak lonjakan harga.
Dengan dinamika ini, akhir tahun menjadi periode penuh tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, konsumen perlu menyesuaikan pengeluaran. Di sisi lain, pelaku bisnis dapat melihat ini sebagai momentum untuk berinovasi dan memperkuat posisi di pasar.
Sumber : (https://mediaindonesia.com/jabar/berita/729191/terus-melonjak-harga-telur-di-tasikmalaya-tembus-rp33-ribukg) pada tanggal (25-12-2024)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar